Selasa, 06 Oktober 2009

Syaikhuna Badruzzaman

KH. Badruzzaman, dikenal dengan Syaikhuna Badruzzaman lahir tahun 1900 di Pesantren Al-Falah Biru Garut, putra kelima dari sembilan bersaudara dari KH. Faqih bin KH. Adza'i, yang lebih populer dengan panggilan " AMA BIRU ".

Beliau mengaji kepada ayahnya, dan kepada pamannya dari pihak Ibu di Pesantren Pangkalan Tarogong yakni KH.R. Qurtubi dan selanjutnya pindah ke pondok yang diasuh oleh kakanya KH. Bunyamin (Syekhuna Iming) di Ciparay Bandung. Kemudian beliau mendalami ilmu di Pondok Pesantren Cilenga Tasikmalaya, selanjutnya di Pondok Pesantren Balerante Cirebon.

Pada tahun 1920 M Badruzzaman bersama kakaknya f Bunyamin berangkat ke Tanah Suci untuk. mendalami ilmu keislaman, bermukim selama 3 (tiga) tahun. Tahun 1926 M beliau ke Makkah lagi untuk kedua kalinya bermukim selama 7 (tujuh) tahun. Diantara guru-guru beliau di Makkah adalah: Syekh Alawi Maliki (Mufti Makkah dari madzhab Maliki) dan Syekh Sayyid Yamani (Mufti Makkah dari madzhab Syafi'i). Di Makkah, beliau mempunyai teman diskusi yaitu, KH. Kholil dari Bangkalan Madura. Sedangkan di Madinah beliau berguru pada Syekh Umar Hamdan (seorang Muhadditsin dari mazhab Maliki).

Pada tahun 1933 KH. Badruzzaman kembali ke Tanah Air dan langsung memimpin Pondok Pesantren Al-Falah Biru melanjutkan ayahandanya bersama-sama dengan kakaknya KH. Bunyamin. Pesatrennya beliau mengembangkan berbagai disiplin ilmu keislaman : Tafsir, Hadits, Fiqih dan Usul Fiqih ilmu Tasawuf, Nahwu, Sharaf, Ma'ani, Badi', Bayan, ilmu Arud_ dan ilmu Maqulat.

Ketika Revolusi beliau terjun dan bergabung dalam Hizbullah memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda dengan mengkader para mujahid melalui khalwat. Pesantren AlFalah Biru karenanya tidak aman dan menjadi sasaran serangan musuh, sehingga beliau pun "ngungsi", singgah di Cikalong Wetan (Purwakarta), Padalarang, Majenang (Jawa Tengah) dan Taraju (Tasik) dengan terus mengembangkan ilmu ditempat-tempat itu.

Dalam kehidupan politik dan organisasi, KH. Badruzzaman beserta Kyiai lain diantaranya KH. Mustafa Kamil mendirikan Organisasi Al-Muwafaqoh sebagai wadah penyalur aspirasi umat Islam untuk mengusir penjajah Belanda dan dipercaya sebagai Ketua.

Pada Tahun 1942 M, KH. Badruzzaman bersama dengan KH. Ahmad Sanusi (Sukabumi) mendirikan Persatuan Ulama, untuk mengikat Ulama dalam satu wadah, tahun 1951 M organisasi ini berfusi dengan Persyarikatan Ummat Islam di Majalengka yang kemudian menjadi Persatuan Ummat Islam (PUI).

Setelah kemerdekaan, tepatnya tahun 1945 M KH. Badruzzaman bergabung dengan Masyumi dan dipercaya sebagai anggota Majlis Syura dan kemudian aktif di PSII sebagai Ketua Masywi (Majelis Syar'i wal Ibadat) wilayah Jawa Barat dan pada tahun 1967 M atas ajakan keluarga dekatnya KH. Badruzzaman masuk Partai PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) duduk sebagai Majlis Tahkim.

Beliau mempelajari kitab-kitab yang membahas Tarekat Tijaniyah diantaranya Kitab Jawahir al-Ma'ani yang disusun oleh Syekh Ali Harazim, Kitab Bughyah al-Mustafid yang disusun oleh Sayyid Al-Arobi dan Kitab Al-Jaisyulkafil yang dikarang oleh Muammad Al-Sinqiti untuk selanjutnya mendiskusikan hasil Muthala'ahnya dengan Muqaddam Tarekat Tijaniyyah, yaitu dengan Syekh Usman Dhomiri (salah seorang Muqadam Tarekat Tijaniyyah Jawa Barat ), Syekh Abbas Buntet Cirebon, KH. Sya'roni dari Jatibarang (Brebes Jawa Tengah) untuk selanjutnya beliau mengamalkan Tarekat Tijaniyyah dengan mendapatkan ijazah dari Syekh Usman Dhomiri.

Ketika beliau di Makkah beliau mendalami ilmu Tarekat Tijaniyyah, salah satu Tarikat Mu'tabaroh dari Syekh Ali AtThoyyib (Mufti Harommain dari madzhab Syafi'i) dan beliau diangkat sebagai Khalifah Tarekat itu.

Dalam mengembangkan tarekat Tijaniyah, beliau mengangkat beberapa wakilnya di beberapa daerah diantaranya KH. Mukhtar Gozali di Pondok Pesantren Al-Falah, KH. Ma'mun, tokoh masyarakat dan ulama di Samarang (Garut), KH. Endung (Ulama di Cioyod-Cibodas Garut), KH. Imam Abdussalam (Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren Daru al-Falihin Ciheulang Bandung), KH. Mahmud (Ulama di Padalarang Bandung) dan KH. Fariqi (Ulama di Pekalongan Jawa Tengah).

KH. Badruzzaman masih sempat menyusun karya ilmiah dalam berbagai bidang disiplin ilmu ke-islaman, diantaranya Risalah Tauhid dan Allohu Robbuna (Bidang Tauhid); Kaifiyat Shalat, Kaifiyat Wudhu (bidang Fiqih) yang mana kedua buku tersebut berdasarkan Fiqih Madzhab Syafi'i, selain itu beliau juga menyusun Nadhom Taqrib dan memberi Sarah Safinatun Naja karya Syekh Nawawi al-Bantani; Risalah ilmu Nahwu, Risalah Ilmu Saraf, Nadhom Jurumiah (Bidang Nahwu Sharaf); dan beliau menyusun ilmu Bayan dalam bentuk Nadhom; Serta Siklus Sunni (bidang Tashawuf).

Beliau wafat pada awal tahun 1972 M tepatnya pada tanggal 3 Ramadhan 1390 H dalam usia kurang lebih 72 tahun, dan dimakamkan di samping masjid Pondok Pesantren Al-Falah Biru Garut.

2 komentar: